Freindzone -  Berawal dari teman, selanjutnya teman dulu timbul benih-benih cinta. Kondisi itu mungkin saja tidak jarang dialami oleh beberapa orang di lebih kurang Kamu atau bahkan Kamu sendiri. Dulu, seperti apa rasanya pacaran dengan sabahat sendiri? Yuk ikuti pembahasannya seperti dikutip dari Sahabatsuper.com.

1. Kamu dapat tahu apa yang doi pikirkan
Tidak Jarang menghabiskan ketika dengan kawan menciptakan Kamu amat sangat mengenal beliau. Kamu serta tidak dapat kesusahan untuk mengetahui apa yang dirinya pikirkan & cobalah katakan.

2. Gerakan seksual bakal terasa lucu, awalnya
Bertahun-tahun jadi sahabatnya, tidak sempat ada gerakan seksual terselip waktu Kamu bersamanya. Tapi, jalinan asmara tentu-nya tidak sama, ada gerakan seksual yang barangkali dilibatkan. Ini bakal terasa lucu & canggung kepada awalnya mengingat Kamu tidak sempat melakukannya dengan sang rekan diawal mulanya.

3. Mogok mengejek satu sama lain
Ejekan & olokan yaitu bumbu dalam pertemanan, tapi tak dalam suatu jalinan asmara. Kamu dapat lebih mengerem olok-olokan yg barangkali tidak jarang Kamu lontarkan kala tetap bersahabat bersama si si sayang.

4. Kamu bisa saja merasa takut
Waktu bermasalah dalam asmara, Kamu dapat mencari teman buat curhat. Tapi, bagaimanakah seandainya sohib Kamu merupakan si sayang sendiri? Ini mungkin saja menciptakan Kamu merasa sedikit lebih takut.

5. Merencanakan makan tengah malam dapat terasa gampang
Memastikan makan dimana, siapa yg membayar, & rencana-rencana makan yang lain barangkali dapat terasa susah bagi suatu pasangan. Tidak Serupa jika si sayang Kamu yaitu sohib sendiri. Kamu dapat lebih bebas sebab telah terbiasa.

6. Kamu bakal lebih menjaga tampilan di depannya
Ketika jadi sahabatnya, Kamu bisa saja tidak peduli bila tampak tidak baik bersama kaos belel atau keringat. Tetapi, dikala jadi pacarnya, Kamu tentu mau nampak lebih menawan atau gagah maka lebih memperhatikan penampakan.

Kamu harus tau apa si itu Sahabat, sahabat itu seperti dua orang yang sudah lebih mengenal satu sama lain, pribadi, sifat, dan sikap, serta mereka bisa menumbuhkan sebuah perasaan saling mengerti dan saling menghargai kehidupan masing-masing. Merasakan kesulitan masing-masing dan berusaha membantu untuk menyelesaikan masalahnya. Itulah persahabatan, semua dilakukan dengan ikhlas, dan dengan harapan bisa memberi yang terbaik untuk sahabatnya.

Cinta adalah sebuah ketulusan, keikhlasan, berbasiskan rasa kasih sayang yang sebenarnya tidak mengharapkan satu balasan apapun dari seseorang yang dicintai. Hal itu sama seperti rasa sayang orang tua terhadap anaknya. Tulus, karena seorang anak adalah penerus, seorang anak adalah titipan yang diberikan tuhan untuk dilindungi, dididik dan dibesarkan agar menjadi orang yang bermanfaat. Harapan mereka bukan untuk mereka sendiri. Harapan mereka, adalah agar anaknya kelak bisa menjadi orang yang lebih baik, orang yang bisa memperoleh kebahagiaannya, dan agar dia selalu mendapatkan yang terbaik untuk dirinya.